Ketahanan Pangan Papua Pilar Strategis Swasembada Nasional

Oleh: Maria Wondama*

Ketahanan pangan bukan sekadar isu pasokan beras, jagung, atau protein hewani. Ia adalah wajah dari kemandirian bangsa, kekuatan ekonomi rakyat, dan simbol keberhasilan pembangunan yang menyentuh akar rumput. Di tengah gejolak global yang mempengaruhi rantai pasok pangan dunia, Indonesia tidak punya pilihan selain memperkuat fondasi ketahanan pangannya secara menyeluruh, dari Sabang hingga Merauke. Dalam konteks ini, Papua, khususnya Papua Barat dan Papua Selatan, muncul sebagai wilayah strategis yang bukan hanya memiliki potensi luar biasa di sektor pangan, tetapi juga semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor yang kian kokoh dari hari ke hari.

Papua Barat membuktikan bahwa swasembada pangan bukan sekadar visi, melainkan kenyataan yang mulai terwujud. Di Kampung Desay, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari, gema keberhasilan panen raya menjadi bukti nyata dari sinergi luar biasa antara petani lokal, TNI, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan pertanian. Bukan hanya padi yang dipanen dari lahan-lahan subur di sana, tetapi juga harapan besar untuk masa depan pangan Indonesia. Pangdam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI Jimmy Ramoz Manalu menegaskan, panen raya ini bukan seremoni, melainkan refleksi dari kerja kolektif yang produktif. Pertanian, bagi beliau, adalah pilar utama kehidupan dan pertahanan negara dalam bentuk non-militer yang seharusnya menjadi prioritas nasional.

Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, dalam sambutannya menegaskan bahwa keberhasilan petani lokal adalah keberhasilan semua pihak. Padi, yang secara budaya melambangkan kemakmuran dan kehidupan, kini menjadi simbol kebangkitan kemandirian pangan di Papua Barat. Pemerintah Provinsi Papua Barat telah menyusun berbagai program prioritas untuk memperkuat sektor ini, mulai dari pembangunan infrastruktur pertanian, pengadaan alat pertanian modern, hingga penguatan kelembagaan petani yang selama ini menjadi tulang punggung produksi pangan daerah.

Langkah-langkah ini sejalan dengan strategi nasional yang digaungkan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Ia melihat model kolaborasi antara TNI, pemerintah daerah, dan petani sebagai contoh kerja sama ideal yang mampu mempercepat pencapaian swasembada pangan. Menurutnya, wilayah timur Indonesia menyimpan potensi besar yang kini mulai dimaksimalkan secara bertahap oleh pemerintah. Inilah saatnya potensi tersebut dijadikan kekuatan strategis nasional.

Tak kalah penting adalah peran sumber daya manusia di bidang pertanian. Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti, menyatakan bahwa peningkatan kapasitas petani dan penyuluh menjadi tulang punggung produktivitas yang berkelanjutan. Melalui pelatihan dan pendampingan, petani Papua kini tidak hanya bekerja keras, tetapi juga bekerja cerdas. Mahasiswa Polbangtan Manokwari juga dilibatkan dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai pendamping lapangan yang mampu menjembatani pengetahuan akademik dengan praktik pertanian di lapangan.

Sinergi antar lembaga dan komitmen politik dari DPRK Manokwari pun tak kalah penting. Anggota Komisi II DPRK, Masrawi, menegaskan bahwa legislatif siap mendukung program swasembada pangan dengan alokasi anggaran dan program pokok pikiran dewan, agar tantangan seperti keterbatasan pupuk dan pengairan terus diatasi dengan dukungan kebijakan dan anggaran yang berkelanjutan dari pemerintah.

Sementara itu di Papua Selatan, Kabupaten Merauke menjadi sorotan sebagai kawasan yang digadang-gadang menjadi lumbung pangan nasional. Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, mendorong pembentukan BUMD Pangan sebagai solusi kelembagaan yang profesional dan berkelanjutan untuk mengelola potensi besar Merauke di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Arief menyatakan bahwa dengan dukungan infrastruktur pascapanen yang memadai, seperti bed dryer, rice milling unit (RMU), dan food station, Merauke tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, tetapi juga menjadi pusat distribusi pangan strategis di kawasan timur Indonesia.

Hal ini diperkuat oleh komitmen Bupati Merauke, Yoseph B. Gebze, yang secara terbuka mengungkapkan kesiapan daerahnya untuk menjadi garda terdepan ketahanan pangan nasional. Dengan terus dibenahinya infrastruktur dan peningkatan kapasitas kelembagaan, Merauke telah menyusun program prioritas seperti penguatan keamanan pangan daerah, pelatihan UMKM pangan, serta pengembangan kebun pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Upaya mendorong efisiensi logistik terus diperkuat melalui sinergi program subsidi transportasi dari pemerintah pusat, mengingat luas wilayah Papua Selatan yang begitu besar menuntut sistem logistik pangan yang efisien dan terintegrasi.

Langkah yang diambil oleh pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dalam memperkuat ketahanan pangan Papua sepenuhnya sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan ketahanan pangan sebagai prioritas utama dalam Nawacita Baru. Pembangunan pertanian berbasis wilayah yang mengedepankan kemandirian lokal dan penguatan daerah sebagai pusat produksi pangan menjadi strategi jangka panjang yang tidak hanya menjawab kebutuhan hari ini, tetapi juga mengamankan masa depan generasi mendatang.

Papua bukan hanya penyanggah ketahanan pangan nasional, Hal ini membuktikan bahwa Papua menjadi bagian penting dalam peta transformasi pembangunan nasional. Dengan semangat gotong royong, dukungan teknologi, dan keberanian mengambil langkah besar, ketahanan pangan Indonesia akan semakin kokoh, mulai dari ujung timur negeri ini.

*Penulis merupakan pengammat kebjakan publik

[edRW}

Array
Related posts
Tutup
Tutup