Papua Tengah – Aparat gabungan TNI kembali melakukan operasi tegas terhadap kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam dua operasi berbeda di Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Intan Jaya, total 19 anggota OPM dilumpuhkan dalam penindakan yang dinilai terukur, profesional, dan sebagai upaya menjaga stabilitas keamanan di Papua.
Pada Sabtu, 10 Mei 2025, satu pentolan OPM bernama Nekison Enumbi alias Bumi Walo Enumbi tewas dalam penyergapan yang menyasar tokoh kunci OPM pelaku kekerasan di wilayah tersebut.
Saat dilaksanakan penindakan, OPM ini mencoba melarikan diri sehingga ditembak dilumpuhkan dan mengakibatkan meninggal dunia, jelas Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Candra Kurniawan.
Jenazah Bumi Walo kemudian diserahkan kepada aparat distrik, tokoh kampung, dan keluarga. Dari lokasi, Satgas TNI juga menyita barang bukti seperti munisi, senjata tajam, alat komunikasi, dan busur panah yang selama ini digunakan dalam berbagai aksi kekerasan.
Dansatgas Media Koops TNI Habema, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, menjelaskan bahwa Bumi Walo merupakan buronan yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Puncak Jaya sejak 25 April 2024, dengan nomor DPO/S-34/01/IV/2024/RESKRIM. Ia terlibat dalam berbagai aksi teror bersenjata di Papua Tengah.
“Keberhasilan ini merupakan bentuk nyata dari komitmen TNI untuk menjaga stabilitas keamanan dan melindungi masyarakat Papua dari ancaman teror bersenjata,” kata Letkol Iwan.
Tiga hari kemudian, Selasa 13 Mei 2025, operasi lanjutan digelar di Kabupaten Intan Jaya. Sebanyak 18 anggota OPM yang dipimpin oleh Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya, dan Josua Waker berhasil dilumpuhkan.
TNI berhasil mensterilkan wilayah Kampung Sugapa Lama dan Kampung Bambu Kuning dari aktivitas kelompok bersenjata, ungkap Letkol Iwan.
Barang bukti yang diamankan meliputi senjata api, munisi, busur panah, bendera bintang kejora, serta alat komunikasi yang kerap digunakan dalam propaganda kelompok bersenjata.
Upaya penindakan ini bukan sekadar aspek keamanan, tetapi juga bentuk perlindungan terhadap hak-hak dasar warga untuk hidup damai dan sejahtera di tanah kelahirannya, tambahnya.
Penindakan tegas terhadap OPM ini mendapat dukungan dari berbagai tokoh adat Papua yang mengecam keras kekerasan berkedok perjuangan.
Tokoh Masyarakat Papua, Yulius Nawipa, menyatakan bahwa aksi-aksi OPM selama ini tidak mencerminkan perjuangan yang bermartabat, melainkan justru menjadi ancaman bagi masyarakat Papua sendiri.
Apa yang dilakukan OPM selama ini bukanlah perjuangan. Mereka menghancurkan kampung, membakar sekolah, membunuh warga yang tak bersalah. Ini bukan bentuk pembebasan, ini teror bagi rakyat sendiri, tegasnya.
Senada dengan itu, Ketua Suku Asmat, Gabriel Kaipmako turut menyesalkan citra Papua yang kini lebih dikenal karena konflik daripada kekayaan budayanya. Ia juga mengkritik simpatisan OPM di luar negeri yang dinilai menyebarkan narasi menyesatkan.
Nama Papua seharusnya harum karena budayanya, bukan karena kekerasan. Tapi OPM membuat kita dikenal lewat senjata dan penderitaan, tegasnya.